[BoyFriend Fanfiction Oneshoot] Confession


confession cover (youngmin)

TITLE            : CONFESSION (고백)

AUTHOR      : Sindy Nur Ramdhani

http://www.facebook.com/ssindy.nramdhani

https://sindyyoungjae.wordpress.com

@Sindy_NR9

CAST             : Jo Young Min, Choi Shin Ah, Jo Kwang Min, Kim Dong Hyun

GENRE         : Romance

Fanfiction ini murni dari ide saya yang mengalir begitu saja saat memandang foto Young Min >.< . Don,t be silent reader! Don’t be a plagiator! and Happy reading ^_^

           

“Baiklah. Aku akan mengatakannya hari ini. Tekadku sudah bulat. Aku sudah benar-benar muak jika harus terus menahannya. Apapun responnya, aku sudah mempersiapkan mentalku. Choi Shin Ah, FIGHTING!”, gadis belia berambut hitam pekat ikal sebahu itu tampak tengah menyemangati dirinya sendiri, lelaki berambut coklat yang sedari tadi memperhatikan Shin Ah dari jarak yang tak terlalu jauh tampak sedikit khawatir setelah mendengar perkataan gadis itu. Apa dia sudah menyukai seseorang? Pikir lelaki itu.

Dengan penuh keyakinan dalam hatinya, Shin Ah melangkah dengan pasti menuju seseorang yang selalu mengganggu pikirannya siang dan malam. Sepasang matanya menelusur mencari sosok setinggi 180 cm, bermata bulat, sedikit kurus dengan jas kuning kebanggaan sekolah tentunya dan yang pasti tampan. Akhirnya kedua mata Shin Ah menemukan sebuah objek yang sedari tadi ia cari. Jantungnya semakin berdegup kencang. Tenanglah! mengakui perasaan suka pada lelaki tak berbeda jauh dengan mengakui sebuah kesalahan pada orang tua kan? pikirnya. Shin Ah semakin mempersempit jaraknya dengan sosok itu. Namun, tiba-tiba saja sebuah petir menggelegar di siang hari yang cerah.Ya, perempuan tinggi nan cantik bernama Yoon Ji itu bagaikan petir yang siap menyerang si ‘siang hari yang cerah’ yaitu Shin Ah. Yoon Ji adalah siswa perempuan yang kepopulerannya sulit dikalahkan. Tubuhnya yang tinggi dan indah, wajah cantik alami, ramah, serta bersuara merdu, nyaris sempurna. Siapa yang dapat menolak pesonanya? Dan lagi, kini beredar kabar bahwa Yoon Ji tengah dekat dengan lelaki yang Shin Ah incar.

Dengan berat hati, Shin Ah membalikkan badannya dan berniat untuk menunda rencananya. Yoon Ji telah berhasil menurunkan keberaniannya untuk mengungkapkan sebuah kenyataan yang begitu melelahkan jika terus-menerus dikubur dalam-dalam. Tapi…

“Tunggu!”, ucap lelaki itu dengan suara yang cukup keras.

            Dia memanggilku? Sebentar, aku tak boleh percaya diri. Mungkin itu ditujukan pada Yoon Ji. Batin Shin Ah.

“Shin Ah!”

Aku? Jadi, tadi dia bicara padaku?. Gumamnya merasa tak percaya.

Annyeonghaseyo, Young Min, Yoon Ji.”, sapa Shin Ah dengan berlagak manis yang dibuat-buat.

“Pulang sekolah ada yang ingin kubicarakan. Jangan langsung pulang, ok?”, ujar lelaki bernama Young Min itu seraya menghipnotis Shin Ah dengan senyuman mautnya.

“I…iya.”, jawab Shin Ah gugup. Bagaimana bisa ia tidak merasa gugup? Biasanya jika seorang laki-laki berbicara seperti itu berarti ia akan menyatakan perasaannya. Biasanya begitu.

***

            Tepat saat bel pulang berbunyi, Shin Ah menunggu Young Min di depan kelasnya. Shin Ah benar-benar tak bisa menahan senyum bahagianya, ratusan kembang api seperti sedang meledak di dalam hatinya. Padahal ini belum apa-apa, tapi Shin Ah sudah segirang itu.

“Shin Ah!”, panggil Young Min dengan suara lembutnya. Mendengar suaranya saja jantung Shin Ah langsung bekerja cepat.

“Apa yang ingin kau bicarakan?”, Shin Ah sepertinya sudah tak sabar dengan apa yang akan dibicarakan Young Min padanya.

“Aku…”, baru satu kata yang meluncur dari mulut Young Min, tiba-tiba sang pengganggu datang.

“Young Miiiiin…!!!”, teriak seseorang yang wajahnya sama persis dengan Young Min. Siapa lagi jika bukan Kwang Min.

“Ada apa?”, tanya Young Min dingin.

“Temani aku ke toko buku sekarang.”, rengek Kwang Min dengan nada manjanya.

***

            Dasar pikachu sialan. Kau mengganggu saja. Tadinya aku berencana untuk menyatakannya waktu itu tapi bocah itu malah datang. Menyedihkan sekali diriku ini. Apa aku harus mengatakannya lewat telpon atau SMS saja? Ah tidak, tidak. Itu namanya pengecut, penakut, pecundang. Aku akan mengatakannya secara langsung karena rasanya pasti akan berbeda dengan mengatakannya secara tak langsung. Shin Ah kini tengah mengalami konflik dengan batinnya.

Drrt….Drrt.. getaran handphone yang Shin Ah taruh di atas nakas itu berhasil menghentikan konflik batinnya. Dilihatnya dengan malas benda mungil nan canggih itu. Ternyata sebuah pesan singkat masuk.

“HAAAA?!”, mulut gadis 17 tahun itu menganga lebar saat melihat bahwa pesan yang masuk adalah dari Young Min.

From   : My Charisma Prince

Shin Ah, maaf tadi aku belum sempat berbicara padamu karena Kwang Min. Jika kau tak keberatan, aku ingin membicarakannya di kafe Dong Hyun hyung sore ini. Apa kau tak sibuk? ^_^

Sepasang mata milik Shin Ah tengah fokus menyimak kata demi kata yang dikirim Young Min beberapa detik yang lalu. Seperti biasa, jantungnya mulai berdebar cepat lagi, tangannya pun sampai bergetar hebat, untungnya handphone yang sedang ia pegang tak terlempar.

To       : My Charisma Prince

Ne~~ aku tak sedang sibuk. Aku akan datang. ^_^

            Seperti yang telah dijanjikan, saat Shin Ah memasuki kafe ternyata Young Min telah duduk manis di salah satu kursi yang terletak di salah satu sudut kafe. Shin Ah berjalan anggun menuju lelaki itu berada. Namun, belum juga Shin Ah bertegur sapa dengan Young Min, si pemilik kafe datang menghampiri Young Min.

“Young Min! Sudah lama kita tak bertemu.”, ucap Dong Hyun seraya mendekap tubuh kurus Young Min.

Hyung, bagaimana kabarmu?”, tanya Young Min seraya mempersilahkan Dong Hyun duduk.

“Aku baik-baik saja. Kau dan si Pikachu juga baik-baik saja kan?”

“Ya, aku baik-baik saja.”

“Young Min, ini pacarmu?”, tanya Dong Hyun dengan sedikit berbisik namun Shin Ah dapat mendengarnya dengan jelas.

“BUKAN.”, ucap Young Min dan Shin Ah bersamaan.

“Benarkah? Oh ya, kalian mau minum apa?”, Dong Hyun mengalihkan topik pembicaraan.

“Aku air putih saja.”, jawab Shin Ah simpel, diikuti juga oleh Young Min.

***

            Ya Tuhan, perjuangan cinta memang berat. Butuh kesabaran yang sangat besar. Saat aku akan mengatakannya selalu saja ada hal yang mengganggu. Pertama Kwang Min lalu Dong Hyun oppa, besok kira-kira siapa lagi? Untuk hari ini aku tak ingin bertemu Young Min dulu. Aku ingin menenangkan diri dan menumpulkan puing-puing semangatku yang sempat tercecer. Huaaaa…lalu selanjutnya apa yang harus aku lakukan? Shin Ah mengacak rambutnya seperti orang yang sedang frustasi.

Shin Ah melangkahkan sepasang kaki mungilnya menuju sebuah ruangan yang dipenuhi tumpukan buku yang tertata rapi di berpuluh-puluh lemari, dimana lagi kalau bukan perpustakaan sekolah. Salah satu tempat favorit Shin Ah. Ia duduk di bangku paling ujung yang terletak persis samping jendela. Tiba-tiba…

“Shin Ah.”, bisik seseorang yang hampir membuat Shin Ah terkena serangan jantung.

“Young Min? Ah, kau mengagetkanku saja.”

Ada apa ini? Kenapa saat aku tak ingin bertemu dengannya dia malah muncul begitu saja. Argh! Ada-ada saja. Gerutu hati kecil Shin Ah.

“Aku akan mengatakannya sekarang. Kemarin-kemarin selalu saja ada halangan.”, seketika mata Shin Ah langsung membulat sempurna, ia hanya bisa menelan ludahnya.

“Me..memangnya apa yang inginkau bicarakan padaku?”, tanya Shin Ah gugup.

“Aku … Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku…”

“Bahwa kau?”, Shin Ah semakin penasaran dengan perkataan Young Min yang terpenggal-penggal itu.

“Aku…Aku ingin masuk dengan kelompokmu di tes vokal nanti. Bagaimana? Boleh tidak?”, tanya Young Min dengan wajah polosnya.

Shin Ah seperti baru saja tertimpa batu besar yang membuatnya terjatuh konyol. Ia hanya bisa tertawa miris atas kepercayaan dirinya.

“Boleh.”, balas Shin Ah dengan malas. Entah kenapa sekarang ia tak merasakan jantungnya berdebar cepat. Mungkin itu karena ia sedang merasa kesal yang amat hebat karena berkali-kali gagal menyatakan perasaannya.

“Benarkah?”

“Ya.”

“Oh ya, satu lagi. Apa kau sedang menyukai seseorang?”, pertanyaan Young Min itu sukses membuat jantung Shin Ah berdebar mulai kencang lagi. Tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk tak percaya diri dulu karena pada ujungnya bisa jadi seperti kemarin-kemarin dan tadi.

“Memangnya kenapa?”, tanya Shin Ah dengan nada yang dibuat sesantai mungkin.

“Aku menyukaimu.”, Young Min berbisik pelan di telinga kiri Shin Ah. Tak ada yang bisa Shin Ah lakukan saat itu. Ia hanya diam seperti mayat hidup, berkali-kali ia kedipkan matanya dan ia cubit tangannya sendiri untuk memastikan bahwa itu bukan mimpi. Dan benar, itu adalah nyata.

“Sudahlah, aku sedang tak ingin bercanda. Aku sedang malas.”, balas Shin Ah yang benar-benar sudah merasa bad mood.

“Siapa juga yang sedang mengajakmu bercanda? Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?”, Young Min menunjuk wajahnya sendiri.

“Tunggu dulu. Jadi kau menyukaiku? Aku? Aku? Kau tak salah bicara?”, tanya Shin Ah yang masih belum percaya dengan apa yang dikatakan lelaki di sampingnya itu.

“Iya, kau. Aku sama sekali tak salah bicara.”, ujar Young Min santai.

“Atas dasar apa kau menyukaiku?”

“Hmm… aku sedikit malu mengatakannya.”, wajah mulus Young Min kini terlihat memerah. Shin Ah hanya menatapnya dengan pandangan aneh.

“Bukankah kau sedang dekat dengan Yoon Ji?”

“Yoon Ji? Dia sepupuku. Siapa yang membuat gosip murahan seperti itu?”

“BENARKAH? JADI KAU BENAR-BENAR MENYUKAIKU?”, ucap Shin Ah lantang dan sukses membuat semua pasang mata yang tengah fokus pada bukunya masing-masing jadi menatap kesal ke arah Shin Ah. Dengan segera Young Min menulurkan tangannya dan menutup mulut Shin Ah rapat-rapat.

“Sssstt! Kau berisik sekali, Shin Ah. Oh ya, kau tak sedang menyukai siapa pun kan?”

“Maaf, maaf heehee. Aku terlalu shock tadi. Tentu saja tidak, aku sedang tak suka siapa pun.”

“Tapi waktu itu aku melihatmu berbicara sendiri dan kau sepertinya punya rencana untuk menyatakan perasaanmu pada seseorang.”

“Oh itu. Iya sebenarnya aku merencanakan hal itu.”

“Apakah aku telat?”, ucap Young Min lemas.

“Tidak. Kau tepat. Hari ini aku tak berniat mengatakan perasaanku pada orang itu. Pada awalnya tekadku sudah sangat kuat tapi setiap aku akan mengatakannya selalu saja ada pengganggu.”

“Memangnya lelaki itu siapa?”

“Tubuhnya tinggi, matanya bulat, rambutnya hitam pekat eh bukan…”, belum juga Shin Ah menyelesaikan perkatannya Young Min sudah menyambar dengan sebuah jawaban.

“Kwang Min?”

“Nyaris, jawabanmu nyaris benar.”

“Nyaris? Maksudmu?”, Young Min tampak tak mengerti sama sekali dengan yang dikatakan Shin Ah.

“Ya jawabanmu nyaris tepat. Lelaki itu tak beda jauh seperti Kwang Min tapi rambutnya berwarna coklat bukan hitam, tadi aku salah menyebutkannya.”

“Aku?”, Young Min menerka dengan sedikit keraguan.

“Bingo!”

Young Min hanya tertawa kecil dengan wajah memerahnya melihat tingkah Shin Ah yang begitu menggemaskan itu. Begitu juga dengan Shin Ah yang hanya bisa menggigit bibirnya karena gugup.

Tuhan, ini nyata kan? Akhirnya… akhirnya terjadi juga. Waaaaah bibirku tak bisa berhenti tersenyum.

~END~

Bagaimana ceritanya? ^_^ Komentar sangat dibutuhkan untuk memperbaiki karya Author selalnjutnya

 

7 thoughts on “[BoyFriend Fanfiction Oneshoot] Confession

  1. wah kerennn sindy.. sukses buat aku senyum-senyum. ayo buat lagi, so sweet haha 😀
    andai itu nyata dalam hidupku.#mimpi*jatoh*gubrak*awwww*sakit

Tinggalkan komentar